Rabu, 10 April 2013

Kanker dan Korupsi


KANKER DAN KORUPSI

Jika ada yang mengumpamakan korupsi sebagai kanker yang menggerogoti negara kita, kebanyakan dari kita pasti setuju. Entah pegawai negeri, wirausaha, buruh, bahkan pengangguran sekalipun pasti akan sepakat. Setelah menyepakati persamaan kanker dan korupsi seharusnya kita juga bisa bersepakat tentang cara pengobatannya.

Untuk mengobati kanker terkadang kita diberikan obat, suplemen dan vitamin untuk memperkuat tubuh kita terlebih dahulu. Vitamin, suplemen dan obat ini akan membuat kita merasa lebih sehat dan lebih memiliki energi. Walaupun demikian kita masih menyadari bahwa ada penyakit/kanker dalam tubuh kita. Sepenuhnya kita sadar bahwa penyakit ini harus segera diangkat. Proses berikutnya bukanlah sesuatu hal yang menyenangkan. Saya hanya bisa berandai-andai karena saya belum pernah dan semoga tidak akan pernah mengalaminya.

Sebagai contoh pengobatan adalah chemotherapy. Bagian tubuh kita yang sakit akan disinari dan akan menimbutkan sakit yang tidak sedikit. Dan badan kita yang tadinya sudah kelihatan segar gemuk ginuk-ginuk pun kembali tergolek lemah tak berdaya. Kita kembali menjadi orang yang sakit. Sangat mungkin pula kita harus merelakan badan kita dibuka/dioperasi untuk melihat sejauh mana penyakit itu sudah menyerang. Akan tetapi jalan itu harus kita tempuh jika ingin mendapatkan kesempatan untuk sembuh.

Keputusan untuk menjalani pengobatan tidak mudah untuk diambil. Banyak harus dikorbankan, tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan. Terkadang kita sangat benci untuk kembali dilemahkan bahkan kita merasa disakiti. Dan tidak sedikit pula yang akhirnya merasa cukup dengan vitamin-vitamin untuk memperkuat tubuh dan terlihat seakan2 lebih sehat sebelum akhirnya kanker menyerang.

Bukankah pemberantasan korupsi di negeri kita agak mirip dengan pengobatan kanker? Kita lihat bagaimana institusi-istitusi vital telah diberikan vitamin, suplemen dan obat dalam bentuk remunerasi dan peningkatan penghasilan agar merasa lebih sehat. Kita juga melihat bagaimana institusi ini terlihat lebih indah. Lalu kita lihat juga bagaimana pembersihan korupsi yang kadang menyakitkan bahkan mematahkan dan melemahkan semangat semua yang ada didalamnya. 

Jadi apakah kita akan memutuskan untuk menyerah dan menghentikan pemberantasan korupsi karena tidak tahan dengan sakitnya? Atau kita tetap terus menjalani proses yang kelak akan membuat kita lebih sehat, lebih kuat dan lebih bisa bermanfaat?

*Penulis meminta maaf jika ada perkataan yang menyinggung penderita kanker dan keluarganya. Metafora ini hanya pikiran saya dan tidak mewakili institusi tempat saya bekerja atau institusi manapun.