KANKER DAN KORUPSI
Jika ada yang mengumpamakan
korupsi sebagai kanker yang menggerogoti negara kita, kebanyakan dari kita
pasti setuju. Entah pegawai negeri, wirausaha, buruh, bahkan pengangguran
sekalipun pasti akan sepakat. Setelah menyepakati persamaan kanker dan korupsi
seharusnya kita juga bisa bersepakat tentang cara pengobatannya.
Untuk mengobati kanker terkadang
kita diberikan obat, suplemen dan vitamin untuk memperkuat tubuh kita terlebih
dahulu. Vitamin, suplemen dan obat ini akan membuat kita merasa lebih sehat dan
lebih memiliki energi. Walaupun demikian kita masih menyadari bahwa ada
penyakit/kanker dalam tubuh kita. Sepenuhnya kita sadar bahwa penyakit ini
harus segera diangkat. Proses berikutnya bukanlah sesuatu hal yang
menyenangkan. Saya hanya bisa berandai-andai karena saya belum pernah dan
semoga tidak akan pernah mengalaminya.
Sebagai contoh pengobatan adalah chemotherapy.
Bagian tubuh kita yang sakit akan disinari dan akan menimbutkan sakit yang
tidak sedikit. Dan badan kita yang tadinya sudah kelihatan segar gemuk
ginuk-ginuk pun kembali tergolek lemah tak berdaya. Kita kembali menjadi orang
yang sakit. Sangat mungkin pula kita harus merelakan badan kita dibuka/dioperasi
untuk melihat sejauh mana penyakit itu sudah menyerang. Akan tetapi jalan itu
harus kita tempuh jika ingin mendapatkan kesempatan untuk sembuh.
Keputusan untuk menjalani
pengobatan tidak mudah untuk diambil. Banyak harus dikorbankan, tidak sedikit
biaya yang harus dikeluarkan. Terkadang kita sangat benci untuk kembali
dilemahkan bahkan kita merasa disakiti. Dan tidak sedikit pula yang akhirnya merasa
cukup dengan vitamin-vitamin untuk memperkuat tubuh dan terlihat seakan2 lebih
sehat sebelum akhirnya kanker menyerang.
Bukankah pemberantasan korupsi di
negeri kita agak mirip dengan pengobatan kanker? Kita lihat bagaimana
institusi-istitusi vital telah diberikan vitamin, suplemen dan obat dalam
bentuk remunerasi dan peningkatan penghasilan agar merasa lebih sehat. Kita juga melihat bagaimana institusi ini terlihat lebih indah. Lalu kita
lihat juga bagaimana pembersihan korupsi yang kadang menyakitkan bahkan
mematahkan dan melemahkan semangat semua yang ada didalamnya.
Jadi apakah kita akan memutuskan untuk
menyerah dan menghentikan pemberantasan korupsi karena tidak tahan dengan
sakitnya? Atau kita tetap terus menjalani proses yang kelak akan membuat
kita lebih sehat, lebih kuat dan lebih bisa bermanfaat?
*Penulis meminta maaf jika ada
perkataan yang menyinggung penderita kanker dan keluarganya. Metafora ini hanya
pikiran saya dan tidak mewakili institusi tempat saya bekerja atau institusi
manapun.